Jumat, 09 Oktober 2015

Makalah Komunikasi Interpersonal 2


Sistem komunikasi Interpersonal (Lanjutan)

Diajukan guna memenuhi syarat nilai mata kuliah Psikologi Komunikasi
Dosen pengajar Mahmudah, S.Ag.,M.I.Kom.





Disusun oleh :
Elang Nagara Yanottama
113100066
Ikom C Semester 5


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Swadaya Gunung Jati
Cirebon
2014 / 2015
Kata Pengantar

     Asalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur penulis panjatkan terhadap kehadiran Allah SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan hidayatnya penulis dapat merampungkan Makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah menuntun kita di jalan kebenaran.
     Pertama-tama penulis sampaikan terimakasih kepada teman-teman, Dosen, dan terutama Untuk orangtua yang selalu mendukung penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini, dengan terselesaikanya makalh ini penulis harap dapat membantu teman-teman kususnya dalam bidang wawasan seputar “Psikologi Komunikasi”. Sehingga penulisan makalah ini mempunyai manfaat.
     penulis menyadari bahwa masih banya tulisan dan isi dari makalah ini masih banyak kekuranganya, sehingga dari itu semua penulis ingin meminta maaf atas kekurangan tulisan dan isi makalah ini, penulis harapkan apabila terdapat kealahan dan kekurangan dalam makalah ini rekan-rekan sekalian dapat mengoreksi dan memberikan masukan guna penyusunan tulisn yang lebih baik lagi.
     Akhirkata WasalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Cirebon, September 2015






Daftar Isi

Kata Pengantar……………………………………..………………..……….. i
Daftar Isi…………………………………………………………….……….. ii

Bab 1 Pendahuluan …………………………………………………..……… 1
A. Kata Pengantar…………………………………………………………………..…….…. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………..….… 2

Bab 2 Pembahasan ……………………………………………………….…  3
A. ATRAKSI INTERPERSONAL ……………………………………………………….… 3
1. Definisi Atraksi Interpersonal ...……………………………………………………..... 3
2. Faktor Yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal ...……………………………….…3
3. Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal....................................6
B. HUBUNGAN INTERPERSONAL……………………………………………………….7
1. Pengertian Hubungan Interpersonal………………………………………………….…7
2. Teori Hubungan Interpersonal………………………………………………………….8
3. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal…………………………………………………12
4. Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal………………………………………………16

Bab 3 Penutup………………………………………………………………. 22
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………………….. 22

Daftar Pustaka……………………………………………………………… 23


Bab 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Setiap manusia di dunia ini memerlukan adanya komunikasi antara satu dengan yang lain. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang berarti memerlukan orang lain. Dengan demikian, secara tidak langsung satu dengan yang lainnya harus melakukan suatu komunikasi, baik verbal maupun non verbal. Suatu komunikasi tersebut tidak akan terjadi dengan baik jika didalamnya terdapat hambatan-hambatan, baik dari komunikan, komunikator, ataupun perantara. Komunikasi yang baik terjadi apabila antara komunikator dengan komunikan memahami isi pesan yang disampaikan atau diterima dan komunikan memberikan tanggapan (feedback) dari pesan yang telah disampaikan oleh komunikator. Jika semua itu, berjalan dengan baik maka komunikasi pun akan berjalan dengan baik pula.
Dalam makalah ini, akan membahas mengenai faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal. Atraksi Interpersonal dapat mempengaruhi komunikasi Interpersonal karena atraksi interpersonal dapat berpengaruh pada keefektifan komunikasi dan penafsiran pesan oleh komunikan.
Dalam psikologi sosial terdapat dua pendekatan yaitu ada yang menekankan pada faktor psikologis dan ada yang menekankan pada faktor sosiologis. Faktor psikologis biasa disebut faktor personal (faktor yang timbul dari dalam diri individu) dan faktor sosiologis biasa disebut faktor situasional (faktor yang timbul dari luar diri individu).
Pada tahun 1908 terdapat dua pemikiran yang berbeda yaitu pemikiran yang pertama menyatakan bahwa faktor psikologislah yang mempengaruhi tindakan individu. pernyataan ini dikemukakan oleh McDougall seorang Psikolog. Dan pemikiran kedua menyatakan bahwa tindakan individu didasarkan pada faktor situasional. Pernyataan ini dikemukakan oleh Edward Ross seorang sosiolog. Pernyataan yang dikemukakan oleh Edward mulai populer di negri Paman Sam sehingga memporak-porandakan dalil-dalil McDougall.
Pemikiran kedua tokoh tersebut mendapatkan sorotan tajam sehingga pernyataan mereka digunakan untuk membahas faktor-faktor yang melatar belakangi tindakan dan perilaku individu. Dalam makalah ini kami akan membahas faktor-faktor yang berasal dari dalam individu (faktor personal) dan faktor-faktor yang berasal dari luar individu (faktor situasional) yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, perumusan masalah dalam materi ini adalah :
  1. Apa saja faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal ?
  2. Apa Pengaruh Atraksi Interpersonal pada komunikasi interpersonal ?
  3. Apa itu Komunikasi Interpersonal?
  4. Apa saja teori-teori yang ada dalam Hubungan Interpersonal?
  5. Tahap dan faktor apa yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal?








Bab 2
Pembahasan

A. ATRAKSI INTERPERSONAL
1. Definisi Atraksi Interpersonal
Kita dapat mengasumsikan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi nanti. Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Atraksi berasal dari kata Attrahere (at = menuju dam trahere = menarik). Dean C Barlund, ahli komunikasi Interpersonal, menulis, "Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran dalam sisrtem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul, kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan itu akan diterima (Barlund 1968;71). Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan mengetahui siapa tertarik kepada siap ataupun siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal akan terjadi. Makin tertarik kita kepada seseorang, makin besar kecendrungan kita berkomunikasi dengan dia. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.

2.    Faktor Yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal 
Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu faktor personal dan faktor situasional. Berikut ini adalah penjelasan dari faktor-faktor tersebut, yaitu:



1.        Faktor-faktor personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
·         Kesamaan karakteristik personal
Orang-orang yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki kecenderungan saling menyukai. Menurut teori Cognitive consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan perilakunya.
Contoh:     Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan berjumpa dengan seorang kenalan baru. Maka percakapan kita berlangsung dan dimulai dari masalah-masalah demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda, dll) sampai masalah-masalah politik dan sebagainya.
·         Tekanan emosional (stress)
Bila seseorang sedang dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional, maka ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Tekanan emosional ini dibuktikan oleh Stanley Schacter dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) dengan membuat sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok pertama dia menyatakan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Sedangkan untuk kelompok kedua dia memberitahukan bahwa mereka hanya mendapat kejutan yang ringan saja. Dari kedua kelompok tersebut Schacter menemukan bahwa kelompok pertama memiliki kecemasan sebesar 63%, sedangkan kelompok kedua memiliki tingkat kecemasan 33% . dari data tersebut Schacter menyimpulkan bahwa situasi yang membuat orang cemas akan meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
·         Harga diri yang rendah
Menurut wlster dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri seseorang direndahkan, harsat afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri cenderung mudah mencintai orang lain.
·         Isolasi sosial.
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan hidup terasing untuk beberapa waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi sosial merupakan pengalaman yang tidak enak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain.
2.       Faktor-faktor situasional atraksi interpersonal
  • Daya tarik fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama atraksi personal. Kita cenderung senang kepada orang-orang yang berwajah tampan atau cantik. Mereka sangat mudah memperolah perhatian dari lingkungan sekitarnya. Jadi, tidak salah jika banyak sekali perusahaan yang menggunakan wanita cantik dan pria tampan untuk dijadikan pegawai dalam bagian promosi, iklan, dan bahkan Hubungan Masyarakatnya.
  • Ganjaran (Reward)
Kita akan menyukai orang yang menyukai kita dan kita akan menyenangi orang yang memuji kita. Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial adalah semacam transaksi dagang. Kita akan melanjutkan transaksi bila kita mendapatkan laba yang banyak. Menurut Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila pergaulan kita sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi psikologi dan ekonomis, maka kita akan saling menyenangi.
  • Familiarity
Prinsip dari familiarity dicerminkan dalam peribahasa Indonesia, “kalau tak kenal, maka tak sayang”. Ketika kita sering berjumpa dengan seseorang  dan tidak ada hal yang pentik untuk dibicarakan maka kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjek-subjek eksperimennya. Ia menemukan makin seriang subjek melihat wajah tertentu maka ia akan menyukainnya. Dari penelitian tersebut kemudian melahirkan sebuah teori “more exposure” (terpaan saja). Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah akan pentingnya repetisi pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.
  • Kedekatan (Proximity)
Kedekatan ini sangat erat kaitannya dengan familiarity. Orang cenderung menyenangi mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Orang yang tempatnya berdekatan akan cenderung saling menyukai. Hal itu sering dianggap biasa. Namun, dari segi psikologi itu merupakan hal yang luar biasa karena tempat yang kelihatannya netral mampu mempengaruhi tatanan psikologis manusia. Hal itu berarti, mereka dapat memanipulasikan tempat atau desain arsitektural untuk menciptakan persahabatan dan simpati.
  • Kemampuan (competence)
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya. Aronson dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan beberapa kelemahan. Aronson menciptakan empat kondisi eksperimental, yaitu:
Ø  Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah
Ø  Berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah
Ø  Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
Ø  Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah

3.    Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Seperti yang telah dikatakan diawal tadi bahwa jika ada ketertarikan antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi yang mereka lakukan pun akan berjalan dengan lancar dan efektif. Komunikasi Interpersonal yaitu Interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Pengaruh Atraksi Interpersonal dalam komunikasi Interpersonal terdapat pada dua hal yaitu :
1. Penafsiran Pesan dan Penilaian
Penilaian terhadap personal tidak berdasarkan rasional saja karena kita adalah manusia yang berperasaan yang dapat menilai manusia melalui emosional. Seseorang yang menyukai orang yang memberikan pesan kepadanya maka ia akan dengan mudah menafsirkan pesan dan melakukan penilaian tetapi jika yang menyampaikan itu orang yang tidak disukainyamaka bisa saja ia salah dalam menafsirkn pesan tersebut dan melakukan penilaian yang salah seperti tujuan komunikator baik tetapi dia menanggapinya buruk.

2. Efektifitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal akan efektif jika komunikator dan komunikan merasa senang dalam komunikasi tersebut. Jika komunikasi didasarkan pada suka sama suka maka interaksi antara keduanya akan berjalan lancar dan tidak akan mengalami kekeliruan atau kesalah pahaman.

B. HUBUNGAN INTERPERSONAL
1. Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal merupakan interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam situasi kerja dan dalam organisasi sebagai motivasi untuk bekerjasama secara produktif, sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis, dan sosial. Menurut Siagian (2000) hubungan antar manusia adalah keseluruhan hubungan baik yang bersifat formal maupun informal yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi sedemikian rupa sehingga tercipta team work yang intim dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Ada dua pengertian hubungan antar manusia menurut Effendy (1998), yaitu hubungan dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas hubungan antar manusia adalah interkomunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam segala situasi dan di dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan rasa puas dan bahagia kepada kedua pihak. Pengertian hubungan antar manusia dalam arti sempit adalah interkomunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara langsung bertatap muka dalam suatu organisasi kerja (work organization) dan dalam berbagai situasi kerja (work situation) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan kerja dengan semangat kerjasama yang produktif serta dengan perasaan dan bahagia.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antar manusia adalah keseluruhan hubungan baik yang bersifat formal maupun informal yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam berbagai situasi kerja dengan tujuan untuk mengembangkan rasa bahagia dan rasa puas, serta kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan.

2. Teori Hubungan Interpersonal
Untuk menganalisis hubungan interpersonal, menurut Goleman dan Hammen dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) terdapat empat buah model, yaitu:
1.    Model pertukaran sosial (social exchange model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Pada model ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyimpulkan model ini sebagai asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya.

Terdapat empat konsep pokok dalam model ini, yaitu:
v  Ganjaran
Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap nilai. Nilai suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
Contoh:     Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Sedangkan bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang
v  Biaya
Biaya adalah akibat yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Biaya juga berubah-ubah sesuai waktu dan orang yang terlibat.
Contoh:     Bila seorang anak yang miskin berteman dengan sekelompok anak yang kaya. Dalam bergaul, anak miskin ini sering diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak miskin tersebut mendapat biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering diejek oleh teman-temannya.
v  Hasil atau laba
Hasil atau laba adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang individu merasa dalam sebuah hubungan tidak memperoleh hasil atau laba sama sekali maka individu tersebut akan mencari hubungan yang lain.
Contoh:     Apabila kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan membantunya,  sekadar agar persahabatan dengan orang tersebut tidak putus. Bila bantuan (biaya) disini ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang ditermia, maka kita rugi atau tidak mendapat laba.



v  Tingkat perbandingan
Tingkat perbandingan menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman masa lalu atau alternatif hubungan lain.
Contoh:     Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang pria yang berjalan sangat bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat berpacaran dengan pria lain, maka gadis tersebut akan mengukur ganjaran hubungan tersebut berdasarkan pengalamannya yang dulu.

2.    Model peranan (role model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh masyarakat. Terdapat empat konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:
F  Ekspektasi peranan (role expectation)
Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok.
Contoh:     Guru diharapkan berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya.
F  Tuntutan peranan (role demands)
Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Desakan sosial dapat berwujud sanksi sosial dan dikenakan bila individu menyimpang dari perannya.
Contoh:     Guru yang melakukan kekerasan pada anak didiknya akan mendapat sanksi dari pemerintah, yang dapat berupa diberhentikan dari tugasnya untuk mengajar.
F  Keterampilan peranan (role skills)
Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang dsebut juga kompetensi sosial. Sering dibedakan antara keterampilan kognitif dengan keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif menunjuk pada kemampuan individu untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya. Sedangkan keterampilan tindakan menunjuk pada kemampuan melaksanakan peranan sesuai dengan harapan.
Contoh:     Guru memang diharapkan dapat berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi teladan bagi anak didiknya. Untuk itu seorang guru harus berusaha memberikan ilmunya semaksimal mungkin dan menjaga perilakunya agar dapat mewujudkan harapan tersebut.
F  Konflik peranan
Konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif.
Contoh:     Seorang ayah yang juga berperan sebagai kepala sekolah, harus memberi hukuman pada anaknya yang berbuat kesalahan di sekolah.

3.    Model permainan
Model ini berasal dari psikiater Erie Berne (19964, 1972). Analisisnya kemudian dikenal sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia yaitu:
·         Orang tua (parent), adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita.
·         Orang dewasa (adult), adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional.
·         Anak (child), adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan penglaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan kesenangan.
Contoh: Suatu hari terdapat seorang suami yang sakit dan meminta perhatian dari istrinya (kepribadian anak). Istri tersebut merawat sang suami seperti seorang ibu (kepribadian orang tua). Namun, bila sang istri tidak menghiraukan dan menyuruh sang suami untuk pergi ke dokter maka inilah kepribadian orang dewasa (kepribadian anak dibalas dengan orang dewasa).

4.    Model interaksional (interactional model)
Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem, terdiri atas subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama sabagai satu kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan.

3. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal berlangsung melalui tiga tahap, yaitu:
A.  Pembentukan Hubungan
Tahap ini sering disebut dengan tahap perkenalan (acquaintance process). Beberapa orang peneliti seperti Newcomb (1961), Berger (1973), Zunin (1972), dan Duck (1976) telah menemukan hal-hal yang menarik dari proses perkenalan. Fase pertama adalah fase kontak permulaan (initial contact phase) yang ditandai oleh usaha dari kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya.  Masing-masing pihak berusaha menggali identitas, sikap, dan nilai pihak lain. Bila terdapat kesamaan, maka mulailah dilakukan proses pengungkapan diri. Proses saling menilik ini disebut Newcomb sebagai saling menyelidiki (reciprocal scanning). Pada tahap ini informasi yang dicari berkisar mengenai data demografi, usia, pekerjaan, tempat tinggal, dsb.

Menurut Charles R. Berger dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori yaitu:
·         Informasi demografis
·         Sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
·         Rencana yang akan datang
·         Kepribadian
·         Perilaku pada masa lalu
·         Orang lain
·         Hobi dan minat
Tidak selalu informasi yang kita peroleh didapat dari komunikasi verbal. Kita juga membentuk kesan dari petunjuk proksemik, kinesik, paralinguistic, dan artifaktual. Menurut Willian Brooks dan Philip Emmert dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), kesan pertama sangat menentukan, karena itu hal-hal yang pertama kelihatan sangat menentukan kesan pertama.

B.  Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidak bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan adanya tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Terdapat empat faktor yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan, yaitu:
·  Keakraban
Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang keakraban yang diperlukan.


·  Kontrol
Kontrol disini mencakup kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana. Konflik terjadi pada umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada pihak yang mau mengalah.
·  Ketepatan respons
Ketepatan respons artinya respons A harus diikuti respons B yang sesuai. Respons ini bukan saja berkenaan dengan pesan verbal, tapi juga pesan nonverbal. Dalam konteks ini respons dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1)      Konfirmasi, yaitu respons yang dapat memperteguh hubungan interpersonal. Berikut ini adalah beberapa respons yang termasuk konfirmasi:
Ø  Pengakuan langsung, adalah menerima pernyataan dan memberikan respons dengan segera.
Contoh:     “Saya setuju. Anda benar .“
Ø  Perasaan positif, adalah mengungkapkan perasaan yang positif terhadap apa yang sudah lawan bicara katakana.
Contoh:     “Terima kasih atas pujianmu.”
Ø  Respons meminta keterangan, adalah meminta menerangkan isi sebuah pesan.
Contoh:     “Ceritakan lebih banyak tentang itu.”
Ø Respons setuju, adalah memperteguh apa yang telah dikatakan.
Contoh:     “Saya setuju, ini memang keputusan terbaik untuk mereka saat ini.”
Ø  Respons suportif, adalah mengungkapkan pengertian, dukungan, atau kalimat yang memperkuat.
Contoh:     “Saya mengerti apa yang kamu rasakan.”

2)      Diskonfirmasi, yaitu respons yang justru merusak hubungan interpersonal. Berikut ini     adalah beberapa respons yang termasuk diskonfirmasi:
·         Respons sekilas, adalah memberikan respons pada suatu pernyataan, tetapi dengan segera mengalihkan pembicaraan.
Contoh:     “Apakah konsernya bagus?” “Lumayan. Besok ke kampus jam berapa?”
·         Respons impersonal, adalah memberikan komentar dengan menggunakan kata ganti orang ketiga.
Contoh:     “Orang memang sering marah diperlakukan seperti itu.”
·         Respons kosong, adalah respons yang tidak menghiraukan sama sekali baik memeberikan sambutan verbal maupun nonverbal.
·         Respons yang tidak relevan, adalah seperti respons sekilas, yang berusaha mengalihkan pembicaraan tanpa menghubungkan dengan pembicaraan yang ada.
Contoh:     “Lagu ini enak didengar,” “Aku heran mengapa jam segini Maya belum pulang juga. Menurut kamu kemana dia kira-kira?”
·         Respons interupsi, adalah memotong suatu pembicaraan yang sedang terjadi.
Contoh:     “Maaf, bisakah kamu menjelaskan kembali maksud dari pembicaraanmu!”
·         Respons rancu, adalah respons yang berupa kalimat-kalimat yang kacau, rancu, atau tidak lengkap.
·         Respons kontradiktif, adalah menyampaikan pesan verbal yang bertentangan dengan pesan nonverbal.
Contoh:     Mengatakan dengan bibir mencibir dan intonasi suara merendahkan, “Memang, bagus sekali pendapatmu.”


·         Keserasian suasana emosional
Keserasian suasana emosional sangat penting saat berlangsungnya komunikasi. Ketika terjadi dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, maka interaksi tersebut dapat berjalan tidak stabil.

C.  Pemutusan Hubungan
Pemutusan hubungan dapat saja terjadi, dan juga dapat menimbulkan terjadinya konflik. R.D. Nye dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyebutkan terdapat lima sumber konflik, yaitu:
·         Kompetisi, yaitu adanya salah satu pihak yang bersaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain.
·         Dominasi, yaitu adanya salah satu pihak yang berusaha mengendalikan pihak lain sehingga orang itu merasa hak-haknya dilanggar.
·         Kegagalan, yaitu masing-masing pihak berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama tidak tercapai.
·         Provokasi, yaitu adanya salah satu pihak yang terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan pihak lain.
·         Perbedaan nilai, yaitu kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.

4.  Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal
Pola-pola komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan interpersonal. Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Bila antara anda dengan saya berkembang sikap curiga, makin sering anda berkomunikasi dengan saya makin jauh jarak kita. Lalu, apa saja faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik? Disini kita akan menyebutkan tiga hal yaitu : percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka.
A.  Percaya (trust)
Dari semua faktor, faktor percaya adalah yang paling penting. Menurut Giffin dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh risiko. Definisi tersebut menyebutkan adanya tiga unsur percaya, yaitu:
  • Ada situasi yang menimbulkan risiko
  • Orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada perilaku orang lain
  • Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya
Manfaat menaruh rasa percaya pada orang lain adalah meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Selain itu, hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang akrab.
Di samping faktor-faktor personal, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap percaya seperti karakteristik dan maksud dari orang lain, adanya hubungan kekuasaan, sifat dan kualitas komunikasi, serta adanya sikap jujur dari setiap komunikan. Selain itu, terdapat juga tiga hal utama yang dapat menumbuhkan sikap percaya dan mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling percaya, yaitu:
  • Menerima, adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan. Menurut Anita Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), menerima adalah sikap yang melihat orang lain sebagai menusia, sebagai individu yang patut dihargai. Menerima tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung akibat-akibat perilakunya.
  • Empati, adalah sikap yang dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Dalam empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, tetapi kita ikut secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain. Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
  • Kejujuran, dapat diartikna sebagai sikap apa adanya. Menerima dan empati mungkin saja dipersepsi salah oleh orang lain. Sikap menerima kita dapat ditanggapi sebagai sikap tak acuh, dingin, dan tidak bersahabat. Sedangkan sikap empati kita dapat ditanggapi sebagai pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, maka kita harus jujur dalam mengungkapkan diri kita terhadap orang lain. Kejujuran menyebabkan perilaku kita dapat diduga, sehingga mendorong orang lain untuk percaya pada kita.
B.  Sikap Suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal ( ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan sebagainya ) atau faktor-faktor situasional. Di antara faktor-faktor situasional adalah perilaku komunikasi orang lain.
Jack R. Gibb menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif yaitu :

1. Deskripsi, artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda tanpa menilai. Deskripsi dapat terjadi juga ketika kita mengevaluasi gagasan orang lain, tetapi orang "merasa" bahwa kita menghargai diri mareka (menerima mereka sebagai individu yang patut dihargai).

2. Orientasi Masalah, adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Anda mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya

3. Spontanitas, artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan strategi, ia akan menjadi defensif.

4. Empati, adalah sikap yang dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita

5. Persamaan, adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, anda tidak mempertegas perbedaan. Status boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi anda tidak verbal. Anda tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan persamaan, anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan keyakinan.

6. Provisionalisme, adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa manusia adalah tempat kesalahan, karena itu wajar juga kalau suatu saat pendapat dan keyakinannya bisa berubah ( "Provisional", dalam bahasa Inggris artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang lengkap ).

C.  Sikap Terbuka

Sikap terbuka ( open-mindedness ) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme, sehingga untuk mamahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan dogmatisme.
Marilah kita melihat contoh-contoh yang lebih jelas dan karakteristik orang yang dogmatis atau berikap tertutup :

1.    Menilai pesan berdasarkan motif pribadi. Orang dogmatis tidak akan memperhatikan logika atau proposisi, ia lebih banyak melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dengan dirinya. Argumantasi yang objektif, logis, cukup bukti akan ditolak mentah-mentah. "Pokoknya aku tidak percaya," begitu sering diucapkan orang dogmatis.
Setiap pesan akan dievaluasi berdasarkan desakan dari dalam individu ( inner pressures ). Orang dogmatis sukar menyesuaikan dirinya dengan perubahan lingkungan.

2.    Berpikir simplistis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dan putih, tidak ada kelabu. Ia tidak sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah, yang tengah-tengah. Baginya kalau tidak salah, benar. Tidak mungkin ada bentuk antara. Dunia dibagi dua : yang pro-kita di mana segala kebaikan terdapat, dan kontr-kita di mana segala kejelekan berada.

3.    Berorientasi pada sumber.Bagi orang dogmatis yang paling penting ialah siapa yang berbicara, bukan apa yang dibicarakan. Ia terikat sekali pada otoritas yang mutlak. Ia tunduk pada otoritas, karena ( seperti umumnya orang dogmatis ) ia cenderung lebih cemas dan mempunyai rasa tidak aman yang tinggi.

4.    Mencari informasi dari sumber sendiri. Orang-orang dogmatis hanya mempercayai sumber informasi mereka sendiri. Mereka tidak akan meneliti tentang orang lain dari sumber yang lain. Pemeluk aliran agama yang dogmatis hanya mempercayai penjelasan tentang keyakinan aliran lain dari sumber-sumber yang terdapat pada aliran yang dianutnya.

5.    Secara kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya.
Berbeda dengan orang yang terbuka yang menerima kepercayaannya secara provisional, orang dogmatis menerima kepercayaannya secara mutlak. Orang dogmatis khawatir, bila satu butir saja dari kepercayaan yang berubah, ia akan kehilangan seluruh dunianya. Ia akan mempertahankan setiap jengkal dari wilayah kepercayaannya sampai titik darah penghabisan.

6.    Tidak mampu membicarakan inkonsisten. Ia menghindari kontrdiksi atau benturan gagasan. Informasi yang tidak konsisiten dengan desakan dari dalam dirinya akan ditolak, didistorsi, atau tidak dihiraukan sama sekali.


Agar komunikasi interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif, dogmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan ( paling penting ) saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal.
           


















Bab 3
Penutup

A.   Kesimpulan

ð  Hubungan Interpersonal adalah keseluruhan hubungan baik yang bersifat formal maupun informal yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam berbagai situasi kerja dengan tujuan untuk mengembangkan rasa bahagia dan rasa puas, serta kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan.

ð  Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.

ð  Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu faktor personal dan faktor situasional.

ð  Faktor-faktor Personal meliputi : Kesamaan karakteristik personal, Tekanan emosional (stress), Harga diri yang rendah, Isolasi sosial.

ð  Faktor-faktor Situasional meliputi : Daya tarik fisik (Physical Attractiveness), Ganjaran (Reward), Familiarity, Kedekatan (Proximity), Kemampuan (competence).

ð  Tahap-tahap Hubungan Interpersonal ada tiga yaitu : Pembentukan Hubungan, Peneguhan Hubungan, Pemutusan Hubungan.

ð  Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal tiga hal yaitu : percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka.


Daftar Pustaka

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007.
Effendy,. Psikologi Manajemen & Administrasi. Bandung : Mandar Maju, 2002.
Hardjana, Agus M, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal,Yogyakarta : Kanisius, 2008.
http://masyarfai.wordpress.com/09188657564443_r1/Komunikasi_Efektif_rif/m1



Tidak ada komentar:

Posting Komentar