Sistem komunikasi Interpersonal
(Lanjutan)
Diajukan guna
memenuhi syarat nilai mata kuliah Psikologi Komunikasi
Dosen pengajar Mahmudah,
S.Ag.,M.I.Kom.
Disusun oleh :
Elang Nagara
Yanottama
113100066
Ikom C Semester 5
Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik
Universitas Swadaya
Gunung Jati
Cirebon
2014 / 2015
Kata Pengantar
Asalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur
penulis panjatkan terhadap kehadiran Allah SWT. Karena atas limpahan Rahmat dan
hidayatnya penulis dapat merampungkan Makalah ini. Tak lupa sholawat serta
salam kepada Nabi besar kita Muhammad SAW, yang telah menuntun kita di jalan
kebenaran.
Pertama-tama
penulis sampaikan terimakasih kepada teman-teman, Dosen, dan terutama Untuk
orangtua yang selalu mendukung penulis hingga dapat menyelesaikan makalah ini,
dengan terselesaikanya makalh ini penulis harap dapat membantu teman-teman
kususnya dalam bidang wawasan seputar “Psikologi Komunikasi”. Sehingga
penulisan makalah ini mempunyai manfaat.
penulis
menyadari bahwa masih banya tulisan dan isi dari makalah ini masih banyak
kekuranganya, sehingga dari itu semua penulis ingin meminta maaf atas
kekurangan tulisan dan isi makalah ini, penulis harapkan apabila terdapat
kealahan dan kekurangan dalam makalah ini rekan-rekan sekalian dapat mengoreksi
dan memberikan masukan guna penyusunan tulisn yang lebih baik lagi.
Akhirkata
WasalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Cirebon, September 2015
Daftar
Isi
Kata
Pengantar……………………………………..………………..……….. i
Daftar
Isi…………………………………………………………….……….. ii
Bab 1
Pendahuluan …………………………………………………..……… 1
A. Kata
Pengantar…………………………………………………………………..…….…. 1
B. Rumusan
Masalah…………………………………………………………………..….… 2
Bab 2
Pembahasan ……………………………………………………….… 3
A. ATRAKSI INTERPERSONAL
……………………………………………………….… 3
1. Definisi
Atraksi Interpersonal ...……………………………………………………..... 3
2. Faktor Yang Mempengaruhi Atraksi
Interpersonal ...……………………………….…3
3. Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi
Interpersonal....................................6
B. HUBUNGAN INTERPERSONAL……………………………………………………….7
1. Pengertian
Hubungan Interpersonal………………………………………………….…7
2. Teori
Hubungan Interpersonal………………………………………………………….8
3. Tahap-tahap
Hubungan Interpersonal…………………………………………………12
4.
Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal………………………………………………16
Bab 3 Penutup……………………………………………………………….
22
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………….. 22
Daftar
Pustaka……………………………………………………………… 23
Bab
1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Setiap manusia di dunia ini memerlukan adanya komunikasi
antara satu dengan yang lain. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk
sosial yang berarti memerlukan orang lain. Dengan demikian, secara tidak
langsung satu dengan yang lainnya harus melakukan suatu komunikasi, baik verbal
maupun non verbal. Suatu komunikasi tersebut tidak akan terjadi dengan baik
jika didalamnya terdapat hambatan-hambatan, baik dari komunikan, komunikator,
ataupun perantara. Komunikasi yang baik terjadi apabila antara komunikator
dengan komunikan memahami isi pesan yang disampaikan atau diterima dan
komunikan memberikan tanggapan (feedback) dari pesan yang telah disampaikan
oleh komunikator. Jika semua itu, berjalan dengan baik maka komunikasi pun akan berjalan
dengan baik pula.
Dalam makalah ini, akan membahas mengenai faktor-faktor
personal dan situasional yang mempengaruhi Atraksi Interpersonal. Atraksi
Interpersonal dapat mempengaruhi komunikasi Interpersonal karena atraksi
interpersonal dapat berpengaruh pada keefektifan komunikasi dan penafsiran
pesan oleh komunikan.
Dalam psikologi sosial terdapat dua pendekatan yaitu ada
yang menekankan pada faktor psikologis dan ada yang menekankan pada faktor
sosiologis. Faktor psikologis biasa disebut faktor personal (faktor yang timbul
dari dalam diri individu) dan faktor sosiologis biasa disebut faktor
situasional (faktor yang timbul dari luar diri individu).
Pada tahun 1908 terdapat dua pemikiran yang berbeda yaitu
pemikiran yang pertama menyatakan bahwa faktor psikologislah yang mempengaruhi
tindakan individu. pernyataan ini dikemukakan oleh McDougall seorang Psikolog.
Dan pemikiran kedua menyatakan bahwa tindakan individu didasarkan pada faktor
situasional. Pernyataan ini dikemukakan oleh Edward Ross seorang sosiolog.
Pernyataan yang dikemukakan oleh Edward mulai populer di negri Paman Sam
sehingga memporak-porandakan dalil-dalil McDougall.
Pemikiran kedua tokoh tersebut mendapatkan sorotan tajam
sehingga pernyataan mereka digunakan untuk membahas faktor-faktor yang melatar
belakangi tindakan dan perilaku individu. Dalam makalah ini kami akan membahas
faktor-faktor yang berasal dari dalam individu (faktor personal) dan
faktor-faktor yang berasal dari luar individu (faktor situasional) yang
mempengaruhi Atraksi Interpersonal.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, perumusan masalah
dalam materi ini adalah :
- Apa saja
faktor-faktor personal dan situasional yang mempengaruhi Atraksi
Interpersonal ?
- Apa Pengaruh Atraksi
Interpersonal pada komunikasi interpersonal ?
- Apa itu Komunikasi
Interpersonal?
- Apa saja teori-teori yang ada dalam
Hubungan Interpersonal?
- Tahap dan faktor apa yang menumbuhkan
hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal?
Bab
2
Pembahasan
A. ATRAKSI INTERPERSONAL
1. Definisi Atraksi Interpersonal
Kita
dapat mengasumsikan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi nanti.
Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita
berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada
orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Atraksi berasal dari kata
Attrahere (at = menuju dam trahere = menarik). Dean C Barlund, ahli komunikasi
Interpersonal, menulis, "Mengetahui garis-garis atraksi dan penghindaran
dalam sisrtem sosial artinya mampu meramalkan dari mana pesan akan muncul,
kepada siapa pesan itu akan mengalir, dan lebih-lebih lagi bagaimana pesan itu
akan diterima (Barlund 1968;71). Dengan bahasa sederhana, ini berarti, dengan
mengetahui siapa tertarik kepada siap ataupun siapa menghindari siapa, kita
dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal akan terjadi. Makin tertarik
kita kepada seseorang, makin besar kecendrungan kita berkomunikasi dengan dia. Adanya daya tarik ini membentuk rasa
suka. Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi
signifikan bagi kita.
2.
Faktor Yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal
Faktor-faktor
yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi menjadi dua, yaitu faktor
personal dan faktor situasional. Berikut ini adalah penjelasan dari
faktor-faktor tersebut, yaitu:
1.
Faktor-faktor
personal yang mempengaruhi atraksi interpersonal
·
Kesamaan
karakteristik personal
Orang-orang
yang memiliki kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat
sosioekonomis, agama, dan ideologis memiliki kecenderungan saling menyukai.
Menurut teori Cognitive consistency dari Fritz Heider dalam Jalaluddin
Rakhmat (2011), manusia selalu berusaha mencapai konsistensi dalam sikap dan
perilakunya.
Contoh:
Ketika kita sedang naik kendaraan umum dan berjumpa dengan seorang kenalan
baru. Maka percakapan kita berlangsung dan dimulai dari masalah-masalah
demografis (dimana anda tinggal, pekerjaan anda, dll) sampai masalah-masalah
politik dan sebagainya.
·
Tekanan
emosional (stress)
Bila seseorang
sedang dalam keadaan yang mencemaskannya atau harus memikul tekanan emosional,
maka ia akan menginginkan kehadiran orang lain. Tekanan emosional ini
dibuktikan oleh Stanley Schacter dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) dengan membuat
sebuah eksperimen. Ia mengumpulkan dua kelompok mahasiswi. Kepada kelompok
pertama dia menyatakan bahwa mereka akan menjadi subjek eksperimen yang
meneliti efek kejutan listrik yang sangat menyakitkan. Sedangkan untuk kelompok
kedua dia memberitahukan bahwa mereka hanya mendapat kejutan yang ringan saja.
Dari kedua kelompok tersebut Schacter menemukan bahwa kelompok pertama memiliki
kecemasan sebesar 63%, sedangkan kelompok kedua memiliki tingkat kecemasan 33%
. dari data tersebut Schacter menyimpulkan bahwa situasi yang membuat orang cemas
akan meningkatkan kebutuhan akan kasih sayang.
·
Harga
diri yang rendah
Menurut wlster
dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila harga diri seseorang direndahkan, harsat
afiliasi (bergabung dengan orang lain) bertambah, dan ia makin responsif untuk
menerima kasih sayang orang lain. Orang yang rendah diri cenderung mudah
mencintai orang lain.
·
Isolasi
sosial.
Manusia adalah
makhluk sosial. Manusia mungkin tahan dengan hidup terasing untuk beberapa
waktu dan bukan untuk waktu yang lama. Isolasi sosial merupakan pengalaman yang
tidak enak. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa tingkat isolasi sosial
sangat berpengaruh terhadap kesukaan kita pada orang lain.
2.
Faktor-faktor
situasional atraksi interpersonal
- Daya
tarik fisik (Physical Attractiveness)
Beberapa peneliti
menyimpulkan bahwa daya tarik fisik sering menjadi penyebab utama atraksi
personal. Kita cenderung senang kepada orang-orang yang berwajah tampan atau
cantik. Mereka sangat mudah memperolah perhatian dari lingkungan sekitarnya.
Jadi, tidak salah jika banyak sekali perusahaan yang menggunakan wanita cantik
dan pria tampan untuk dijadikan pegawai dalam bagian promosi, iklan, dan bahkan
Hubungan Masyarakatnya.
- Ganjaran
(Reward)
Kita akan
menyukai orang yang menyukai kita dan kita akan menyenangi orang yang memuji
kita. Menurut teori pertukaran sosial, interaksi sosial adalah semacam
transaksi dagang. Kita akan melanjutkan transaksi bila kita mendapatkan laba
yang banyak. Menurut Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), bila
pergaulan kita sangat menyenangkan, sangat menguntungkan dari segi psikologi
dan ekonomis, maka kita akan saling menyenangi.
- Familiarity
Prinsip dari familiarity
dicerminkan dalam peribahasa Indonesia, “kalau tak kenal, maka tak sayang”.
Ketika kita sering berjumpa dengan seseorang dan tidak ada hal yang
pentik untuk dibicarakan maka kita akan menyukainya. Robert B. Zajonc dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011) memperlihatkan foto-foto wajah dalam subjek-subjek
eksperimennya. Ia menemukan makin seriang subjek melihat wajah tertentu maka ia
akan menyukainnya. Dari penelitian tersebut kemudian melahirkan sebuah teori “more
exposure” (terpaan saja). Hipotesis itu dipakai sebagai landasan ilmiah
akan pentingnya repetisi pesan dalam mempengaruhi pendapat dan sikap.
- Kedekatan
(Proximity)
Kedekatan ini
sangat erat kaitannya dengan familiarity. Orang cenderung menyenangi
mereka yang tempat tinggalnya berdekatan. Orang yang tempatnya berdekatan akan
cenderung saling menyukai. Hal itu sering dianggap biasa. Namun, dari segi
psikologi itu merupakan hal yang luar biasa karena tempat yang kelihatannya
netral mampu mempengaruhi tatanan psikologis manusia. Hal itu berarti, mereka
dapat memanipulasikan tempat atau desain arsitektural untuk menciptakan
persahabatan dan simpati.
- Kemampuan
(competence)
Kita cenderung
menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi daripada kita, atau
lebih berhasil dalam kehidupannya. Aronson dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
menemukan dalam penelitian yang dilakukannya, bahwa orang yang paling disenangi
adalah orang yang memiliki kemampuan tinggi, tetapi menunjukkan beberapa
kelemahan. Aronson menciptakan empat kondisi eksperimental, yaitu:
Ø Orang yang memiliki kemampuan tinggi dan berbuat salah
Ø Berkemampuan tinggi tapi tidak berbuat salah
Ø Orang yang memiliki kemampuan rata-rata dan berbuat salah
Ø Orang yang berkemampuan rata-rata dan tidak berbuat salah
3.
Pengaruh Atraksi Interpersonal pada Komunikasi
Interpersonal
Seperti yang telah dikatakan diawal tadi bahwa
jika ada ketertarikan antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi yang
mereka lakukan pun akan berjalan dengan lancar dan efektif. Komunikasi
Interpersonal yaitu Interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana
pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapi secara langsung pula.
Pengaruh Atraksi Interpersonal dalam komunikasi
Interpersonal terdapat pada dua hal yaitu :
1. Penafsiran Pesan dan Penilaian
Penilaian terhadap personal tidak berdasarkan rasional
saja karena kita adalah manusia yang berperasaan yang dapat menilai manusia
melalui emosional. Seseorang yang menyukai orang yang memberikan pesan
kepadanya maka ia akan dengan mudah menafsirkan pesan dan melakukan penilaian
tetapi jika yang menyampaikan itu orang yang tidak disukainyamaka bisa saja ia
salah dalam menafsirkn pesan tersebut dan melakukan penilaian yang salah
seperti tujuan komunikator baik tetapi dia menanggapinya buruk.
2. Efektifitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal akan efektif jika komunikator
dan komunikan merasa senang dalam komunikasi tersebut. Jika komunikasi
didasarkan pada suka sama suka maka interaksi antara keduanya akan berjalan
lancar dan tidak akan mengalami kekeliruan atau kesalah pahaman.
B. HUBUNGAN INTERPERSONAL
1. Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal merupakan interaksi antara seseorang dengan orang lain dalam
situasi kerja dan dalam organisasi sebagai motivasi untuk bekerjasama secara produktif,
sehingga dicapai kepuasan ekonomi, psikologis, dan sosial. Menurut Siagian
(2000) hubungan antar manusia adalah keseluruhan hubungan baik yang bersifat
formal maupun informal yang perlu diciptakan dan dibina dalam suatu organisasi
sedemikian rupa sehingga tercipta team work yang intim dan harmonis dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Ada
dua pengertian hubungan antar manusia menurut Effendy (1998), yaitu hubungan
dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas hubungan antar manusia adalah
interkomunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dalam segala
situasi dan di dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan rasa puas dan
bahagia kepada kedua pihak. Pengertian hubungan antar manusia dalam arti sempit
adalah interkomunikasi yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara
langsung bertatap muka dalam suatu organisasi kerja (work organization) dan
dalam berbagai situasi kerja (work situation) dengan tujuan untuk menggugah
kegairahan kerja dengan semangat kerjasama yang produktif serta dengan perasaan
dan bahagia.
Dari
beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan antar manusia adalah
keseluruhan hubungan baik yang bersifat formal maupun informal yang dilakukan
seseorang kepada orang lain dalam berbagai situasi kerja dengan tujuan untuk
mengembangkan rasa bahagia dan rasa puas, serta kegiatan untuk meningkatkan dan
mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan.
2. Teori Hubungan Interpersonal
Untuk
menganalisis hubungan interpersonal, menurut Goleman dan Hammen dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011) terdapat empat buah model, yaitu:
1.
Model
pertukaran sosial (social exchange model)
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Pada model
ini, orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu yang
memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley dalam Jalaluddin Rakhmat (2011)
menyimpulkan model ini sebagai asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis
kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam
hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari
segi ganjaran dan biaya.
Terdapat empat
konsep pokok dalam model ini, yaitu:
v Ganjaran
Ganjaran adalah
setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu
hubungan. Ganjaran dapat berupa uang, penerimaan sosial, atau dukungan terhadap
nilai. Nilai suatu ganjaran berbeda antara seseorang dengan orang lain, dan
antara waktu yang satu dengan waktu yang lain.
Contoh:
Bagi orang miskin, uang lebih berharga daripada ilmu pengetahuan. Sedangkan
bagi orang kaya, mungkin penerimaan sosial lebih berharga daripada uang
v Biaya
Biaya adalah akibat
yang dinilai negatif, yang terjadi dalam suatu hubungan. Biaya dapat berupa
waktu, usaha, konflik, kecemasan, dan keruntuhan harga diri. Biaya juga
berubah-ubah sesuai waktu dan orang yang terlibat.
Contoh:
Bila seorang anak yang miskin berteman dengan sekelompok anak yang kaya. Dalam
bergaul, anak miskin ini sering diejek oleh anak-anak kaya tersebut. Anak
miskin tersebut mendapat biaya berupa keruntuhan harga diri karena sering
diejek oleh teman-temannya.
v Hasil atau laba
Hasil atau laba
adalah ganjaran dikurangi dengan biaya. Bila seorang individu merasa dalam
sebuah hubungan tidak memperoleh hasil atau laba sama sekali maka individu
tersebut akan mencari hubungan yang lain.
Contoh:
Apabila kita memiliki sahabat yang egois. Kita tetap akan membantunya,
sekadar agar persahabatan dengan orang tersebut tidak putus. Bila bantuan
(biaya) disini ternyata lebih besar daripada nilai persahabatan (ganjaran) yang
ditermia, maka kita rugi atau tidak mendapat laba.
v Tingkat perbandingan
Tingkat perbandingan
menunjukkan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai
hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman
masa lalu atau alternatif hubungan lain.
Contoh:
Bila seorang gadis pernah berpacaran dengan seorang pria yang berjalan sangat
bahagia, tetapi akhirnya putus. Saat berpacaran dengan pria lain, maka gadis
tersebut akan mengukur ganjaran hubungan tersebut berdasarkan pengalamannya
yang dulu.
2.
Model
peranan (role model)
Model ini
memandang hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap
orang harus memainkan peranannya sesuai dengan “naskah” yang telah dibuat oleh
masyarakat. Terdapat empat konsep pokok yang harus diperhatikan dalam model ini
untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik, yaitu:
F Ekspektasi peranan (role expectation)
Ekspektasi
peranan mengacu pada kewajiban, tugas, dan hal yang berkaitan dengan posisi
tertentu dalam kelompok.
Contoh:
Guru diharapkan berperan sebagai pendidik yang bermoral dan menjadi teladan
yang baik bagi anak didiknya.
F Tuntutan peranan (role demands)
Tuntutan
peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang
telah dibebankan kepadanya. Desakan sosial dapat berwujud sanksi sosial dan
dikenakan bila individu menyimpang dari perannya.
Contoh:
Guru yang melakukan kekerasan pada anak didiknya akan mendapat sanksi dari
pemerintah, yang dapat berupa diberhentikan dari tugasnya untuk mengajar.
F Keterampilan peranan (role skills)
Keterampilan
peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang dsebut juga
kompetensi sosial. Sering dibedakan antara keterampilan kognitif dengan
keterampilan tindakan. Keterampilan kognitif menunjuk pada kemampuan individu
untuk mempersepsi apa yang diharapkan orang lain dari dirinya. Sedangkan
keterampilan tindakan menunjuk pada kemampuan melaksanakan peranan sesuai
dengan harapan.
Contoh:
Guru memang diharapkan dapat berperan sebagai pendidik yang bermoral dan
menjadi teladan bagi anak didiknya. Untuk itu seorang guru harus berusaha
memberikan ilmunya semaksimal mungkin dan menjaga perilakunya agar dapat
mewujudkan harapan tersebut.
F Konflik peranan
Konflik peranan
terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan
yang kontradiktif.
Contoh:
Seorang ayah yang juga berperan sebagai kepala sekolah, harus memberi hukuman
pada anaknya yang berbuat kesalahan di sekolah.
3.
Model
permainan
Model ini
berasal dari psikiater Erie Berne (19964, 1972). Analisisnya kemudian dikenal
sebagai analisis transaksional. Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam
bermacam-macam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian
kepribadian manusia yaitu:
·
Orang
tua (parent), adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang
kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita.
·
Orang
dewasa (adult), adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara
rasional.
·
Anak
(child), adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan penglaman
kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas, dan
kesenangan.
Contoh: Suatu
hari terdapat seorang suami yang sakit dan meminta perhatian dari istrinya
(kepribadian anak). Istri tersebut merawat sang suami seperti seorang ibu
(kepribadian orang tua). Namun, bila sang istri tidak menghiraukan dan menyuruh
sang suami untuk pergi ke dokter maka inilah kepribadian orang dewasa
(kepribadian anak dibalas dengan orang dewasa).
4.
Model
interaksional (interactional model)
Model
ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem
memiliki sifat struktural, integratif, dan medan. Semua sistem, terdiri atas
subsistem-subsistem yang saling bergantung dan bertindak bersama sabagai satu
kesatuan. Setiap hubungan interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama,
metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang
dilakukan.
3. Tahap-tahap Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal berlangsung
melalui tiga tahap, yaitu:
A. Pembentukan Hubungan
Tahap ini
sering disebut dengan tahap perkenalan (acquaintance process). Beberapa orang
peneliti seperti Newcomb (1961), Berger (1973), Zunin (1972), dan Duck (1976)
telah menemukan hal-hal yang menarik dari proses perkenalan. Fase pertama
adalah fase kontak permulaan (initial contact phase) yang ditandai oleh usaha
dari kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya.
Masing-masing pihak berusaha menggali identitas, sikap, dan nilai pihak lain.
Bila terdapat kesamaan, maka mulailah dilakukan proses pengungkapan diri. Proses
saling menilik ini disebut Newcomb sebagai saling menyelidiki (reciprocal
scanning). Pada tahap ini informasi yang dicari berkisar mengenai data
demografi, usia, pekerjaan, tempat tinggal, dsb.
Menurut Charles
R. Berger dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), informasi pada tahap perkenalan
dapat dikelompokkan pada tujuh kategori yaitu:
·
Informasi
demografis
·
Sikap
dan pendapat (tentang orang atau objek)
·
Rencana
yang akan datang
·
Kepribadian
·
Perilaku
pada masa lalu
·
Orang
lain
·
Hobi
dan minat
Tidak selalu
informasi yang kita peroleh didapat dari komunikasi verbal. Kita juga membentuk
kesan dari petunjuk proksemik, kinesik, paralinguistic, dan artifaktual.
Menurut Willian Brooks dan Philip Emmert dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), kesan
pertama sangat menentukan, karena itu hal-hal yang pertama kelihatan sangat
menentukan kesan pertama.
B. Peneguhan Hubungan
Hubungan
interpersonal tidak bersifat statis, tetapi selalu berubah. Untuk memelihara
dan memperteguh hubungan interpersonal, perubahan memerlukan adanya
tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan keseimbangan. Terdapat empat
faktor yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan, yaitu:
· Keakraban
Keakraban
merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang. Hubungan interpersonal akan
terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang keakraban yang
diperlukan.
· Kontrol
Kontrol disini
mencakup kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan bilamana.
Konflik terjadi pada umumnya bila masing-masing ingin berkuasa, atau tidak ada
pihak yang mau mengalah.
· Ketepatan respons
Ketepatan
respons artinya respons A harus diikuti respons B yang sesuai. Respons ini
bukan saja berkenaan dengan pesan verbal, tapi juga pesan nonverbal. Dalam
konteks ini respons dibagi dalam dua kelompok yaitu:
1)
Konfirmasi,
yaitu respons yang dapat memperteguh hubungan interpersonal. Berikut ini adalah
beberapa respons yang termasuk konfirmasi:
Ø Pengakuan langsung, adalah menerima pernyataan dan memberikan
respons dengan segera.
Contoh:
“Saya setuju. Anda benar .“
Ø Perasaan positif, adalah mengungkapkan perasaan yang positif
terhadap apa yang sudah lawan bicara katakana.
Contoh:
“Terima kasih atas pujianmu.”
Ø Respons meminta keterangan, adalah meminta menerangkan isi sebuah
pesan.
Contoh:
“Ceritakan lebih banyak tentang itu.”
Ø Respons setuju, adalah memperteguh apa yang telah dikatakan.
Contoh:
“Saya setuju, ini memang keputusan terbaik untuk mereka saat ini.”
Ø Respons suportif, adalah mengungkapkan pengertian, dukungan, atau
kalimat yang memperkuat.
Contoh:
“Saya mengerti apa yang kamu rasakan.”
2)
Diskonfirmasi,
yaitu respons yang justru merusak hubungan interpersonal. Berikut ini adalah beberapa respons yang termasuk
diskonfirmasi:
·
Respons
sekilas, adalah memberikan respons pada suatu pernyataan, tetapi dengan segera mengalihkan
pembicaraan.
Contoh:
“Apakah konsernya bagus?” “Lumayan. Besok ke kampus jam berapa?”
·
Respons
impersonal, adalah memberikan komentar dengan menggunakan kata ganti orang
ketiga.
Contoh:
“Orang memang sering marah diperlakukan seperti itu.”
·
Respons
kosong, adalah respons yang tidak menghiraukan sama sekali baik memeberikan
sambutan verbal maupun nonverbal.
·
Respons
yang tidak relevan, adalah seperti respons sekilas, yang berusaha mengalihkan
pembicaraan tanpa menghubungkan dengan pembicaraan yang ada.
Contoh:
“Lagu ini enak didengar,” “Aku heran mengapa jam segini Maya belum pulang juga.
Menurut kamu kemana dia kira-kira?”
·
Respons
interupsi, adalah memotong suatu pembicaraan yang sedang terjadi.
Contoh:
“Maaf, bisakah kamu menjelaskan kembali maksud dari pembicaraanmu!”
·
Respons
rancu, adalah respons yang berupa kalimat-kalimat yang kacau, rancu, atau tidak
lengkap.
·
Respons
kontradiktif, adalah menyampaikan pesan verbal yang bertentangan dengan pesan
nonverbal.
Contoh:
Mengatakan dengan bibir mencibir dan intonasi suara merendahkan, “Memang, bagus
sekali pendapatmu.”
·
Keserasian
suasana emosional
Keserasian
suasana emosional sangat penting saat berlangsungnya komunikasi. Ketika terjadi
dua orang berinteraksi dengan suasana emosional yang berbeda, maka interaksi
tersebut dapat berjalan tidak stabil.
C. Pemutusan Hubungan
Pemutusan
hubungan dapat saja terjadi, dan juga dapat menimbulkan terjadinya konflik.
R.D. Nye dalam Jalaluddin Rakhmat (2011) menyebutkan terdapat lima sumber
konflik, yaitu:
·
Kompetisi,
yaitu adanya salah satu pihak yang bersaha memperoleh sesuatu dengan
mengorbankan orang lain.
·
Dominasi,
yaitu adanya salah satu pihak yang berusaha mengendalikan pihak lain sehingga
orang itu merasa hak-haknya dilanggar.
·
Kegagalan,
yaitu masing-masing pihak berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan bersama
tidak tercapai.
·
Provokasi,
yaitu adanya salah satu pihak yang terus-menerus berbuat sesuatu yang ia
ketahui menyinggung perasaan pihak lain.
·
Perbedaan
nilai, yaitu kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang mereka anut.
4. Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal
Pola-pola
komunikasi interpersonal mempunyai efek yang berlainan pada hubungan
interpersonal. Tidak benar anggapan orang bahwa makin sering orang melakukan
komunikasi interpersonal dengan orang lain, makin baik hubungan mereka. Yang
menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan. Tetapi bagaimana
komunikasi itu dilakukan. Bila antara anda dengan saya berkembang sikap curiga,
makin sering anda berkomunikasi dengan saya makin jauh jarak kita. Lalu, apa
saja faktor-faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang baik? Disini
kita akan menyebutkan tiga hal yaitu : percaya, sikap suportif, dan sikap
terbuka.
A.
Percaya (trust)
Dari semua
faktor, faktor percaya adalah yang paling penting. Menurut Giffin dalam
Jalaluddin Rakhmat (2011), percaya didefinisikan sebagai mengandalkan perilaku
orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti
dan dalam situasi yang penuh risiko. Definisi tersebut menyebutkan adanya tiga
unsur percaya, yaitu:
- Ada situasi yang menimbulkan risiko
- Orang yang menaruh kepercayaan kepada
orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada
perilaku orang lain
- Orang yang yakin bahwa perilaku orang lain
akan berakibat baik baginya
Manfaat menaruh
rasa percaya pada orang lain adalah meningkatkan komunikasi interpersonal
karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan
informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya. Selain
itu, hilangnya kepercayaan pada orang lain akan menghambat perkembangan
hubungan interpersonal yang akrab.
Di samping
faktor-faktor personal, terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan sikap
percaya seperti karakteristik dan maksud dari orang lain, adanya hubungan
kekuasaan, sifat dan kualitas komunikasi, serta adanya sikap jujur dari setiap
komunikan. Selain itu, terdapat juga tiga hal utama yang dapat menumbuhkan
sikap percaya dan mengembangkan komunikasi yang didasarkan pada sikap saling
percaya, yaitu:
- Menerima, adalah kemampuan berhubungan
dengan orang lain tanpa menilai dan berusaha mengendalikan. Menurut Anita
Taylor dalam Jalaluddin Rakhmat (2011), menerima adalah sikap yang melihat
orang lain sebagai menusia, sebagai individu yang patut dihargai. Menerima
tidaklah berarti menyetujui semua perilaku orang lain atau rela menanggung
akibat-akibat perilakunya.
- Empati, adalah sikap yang dianggap sebagai
memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita. Dalam
empati, kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, tetapi
kita ikut secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain.
Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang
lain.
- Kejujuran, dapat diartikna sebagai sikap
apa adanya. Menerima dan empati mungkin saja dipersepsi salah oleh orang
lain. Sikap menerima kita dapat ditanggapi sebagai sikap tak acuh, dingin,
dan tidak bersahabat. Sedangkan sikap empati kita dapat ditanggapi sebagai
pura-pura. Supaya ditanggapi sebenarnya, maka kita harus jujur dalam
mengungkapkan diri kita terhadap orang lain. Kejujuran menyebabkan
perilaku kita dapat diduga, sehingga mendorong orang lain untuk percaya
pada kita.
B.
Sikap Suportif
Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Sudah jelas, dengan sikap defensif komunikasi interpersonal akan gagal karena orang defensif akan lebih banyak melindungi diri dari ancaman yang ditanggapinya dalam situasi komunikasi ketimbang memahami pesan orang lain.
Komunikasi defensif dapat terjadi karena faktor-faktor personal (
ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensif, dan
sebagainya ) atau faktor-faktor situasional. Di antara faktor-faktor
situasional adalah perilaku komunikasi orang lain.
Jack R. Gibb menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif yaitu :
Jack R. Gibb menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif yaitu :
1. Deskripsi, artinya penyampaian perasaan dan persepsi anda
tanpa menilai. Deskripsi dapat terjadi juga ketika kita mengevaluasi gagasan
orang lain, tetapi orang "merasa" bahwa kita menghargai diri mareka (menerima
mereka sebagai individu yang patut dihargai).
2. Orientasi Masalah, adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama mencari pemecahan masalah. Anda mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya
3. Spontanitas, artinya sikap jujur dan dianggap tidak menyelimuti
motif yang terpendam. Bila orang tahu kita melakukan strategi, ia akan menjadi
defensif.
4. Empati, adalah sikap yang dianggap sebagai memahami orang lain
yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita
5. Persamaan, adalah sikap memperlakukan orang lain secara
horizontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan, anda tidak mempertegas
perbedaan. Status boleh jadi berbeda, tetapi komunikasi anda tidak verbal. Anda
tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama. Dengan persamaan,
anda mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pandangan dan
keyakinan.
6. Provisionalisme, adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa manusia adalah tempat kesalahan, karena itu wajar juga kalau suatu saat pendapat dan keyakinannya bisa berubah ( "Provisional", dalam bahasa Inggris artinya bersifat sementara atau menunggu sampai ada bukti yang lengkap ).
C.
Sikap Terbuka
Sikap terbuka ( open-mindedness ) amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Lawan dari sikap terbuka adalah dogmatisme, sehingga untuk mamahami sikap terbuka, kita harus mengidentifikasikan dogmatisme.
Marilah kita melihat contoh-contoh yang lebih jelas dan karakteristik orang yang dogmatis atau berikap tertutup :
1.
Menilai
pesan berdasarkan motif pribadi. Orang dogmatis tidak akan memperhatikan logika
atau proposisi, ia lebih banyak melihat sejauh mana proposisi itu sesuai dengan
dirinya. Argumantasi yang objektif, logis, cukup bukti akan ditolak
mentah-mentah. "Pokoknya aku tidak percaya," begitu sering diucapkan
orang dogmatis.
Setiap pesan akan dievaluasi berdasarkan desakan dari dalam
individu ( inner pressures ). Orang dogmatis sukar menyesuaikan dirinya dengan
perubahan lingkungan.
2.
Berpikir
simplistis. Bagi orang dogmatis, dunia ini hanya hitam dan putih, tidak ada
kelabu. Ia tidak sanggup membedakan yang setengah benar setengah salah, yang
tengah-tengah. Baginya kalau tidak salah, benar. Tidak mungkin ada bentuk
antara. Dunia dibagi dua : yang pro-kita di mana segala kebaikan terdapat, dan
kontr-kita di mana segala kejelekan berada.
3.
Berorientasi
pada sumber.Bagi orang dogmatis yang paling penting ialah siapa yang berbicara,
bukan apa yang dibicarakan. Ia terikat sekali pada otoritas yang mutlak. Ia
tunduk pada otoritas, karena ( seperti umumnya orang dogmatis ) ia cenderung
lebih cemas dan mempunyai rasa tidak aman yang tinggi.
4.
Mencari
informasi dari sumber sendiri. Orang-orang dogmatis hanya mempercayai sumber
informasi mereka sendiri. Mereka tidak akan meneliti tentang orang lain dari
sumber yang lain. Pemeluk aliran agama yang dogmatis hanya mempercayai
penjelasan tentang keyakinan aliran lain dari sumber-sumber yang terdapat pada aliran
yang dianutnya.
5.
Secara
kaku mempertahankan dan membela sistem kepercayaannya.
Berbeda dengan orang yang terbuka yang menerima kepercayaannya secara provisional, orang dogmatis menerima kepercayaannya secara mutlak. Orang dogmatis khawatir, bila satu butir saja dari kepercayaan yang berubah, ia akan kehilangan seluruh dunianya. Ia akan mempertahankan setiap jengkal dari wilayah kepercayaannya sampai titik darah penghabisan.
Berbeda dengan orang yang terbuka yang menerima kepercayaannya secara provisional, orang dogmatis menerima kepercayaannya secara mutlak. Orang dogmatis khawatir, bila satu butir saja dari kepercayaan yang berubah, ia akan kehilangan seluruh dunianya. Ia akan mempertahankan setiap jengkal dari wilayah kepercayaannya sampai titik darah penghabisan.
6.
Tidak
mampu membicarakan inkonsisten. Ia menghindari kontrdiksi atau benturan
gagasan. Informasi yang tidak konsisiten dengan desakan dari dalam dirinya akan
ditolak, didistorsi, atau tidak dihiraukan sama sekali.
Agar komunikasi
interpersonal yang kita lakukan melahirkan hubungan interpersonal yang efektif,
dogmatisme harus digantikan dengan sikap terbuka. Bersama-sama dengan sikap
percaya dan sikap suportif, sikap terbuka mendorong timbulnya saling
pengertian, saling menghargai, dan ( paling penting ) saling mengembangkan
kualitas hubungan interpersonal.
Bab
3
Penutup
A.
Kesimpulan
ð Hubungan Interpersonal adalah keseluruhan hubungan baik yang
bersifat formal maupun informal yang dilakukan seseorang kepada orang lain
dalam berbagai situasi kerja dengan tujuan untuk mengembangkan rasa bahagia dan
rasa puas, serta kegiatan untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil yang lebih
produktif dan memuaskan.
ð Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap
positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka.
Rasa suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi
signifikan bagi kita.
ð Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal dibagi
menjadi dua, yaitu faktor personal dan faktor situasional.
ð Faktor-faktor Personal meliputi : Kesamaan karakteristik personal,
Tekanan emosional (stress), Harga diri yang rendah, Isolasi sosial.
ð Faktor-faktor Situasional meliputi : Daya tarik fisik (Physical
Attractiveness), Ganjaran (Reward), Familiarity, Kedekatan (Proximity),
Kemampuan (competence).
ð Tahap-tahap Hubungan Interpersonal ada tiga yaitu : Pembentukan
Hubungan, Peneguhan Hubungan, Pemutusan Hubungan.
ð Faktor-faktor Komunikasi Interpersonal tiga hal yaitu : percaya,
sikap suportif, dan sikap terbuka.
Daftar Pustaka
Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 2007.
Effendy,. Psikologi Manajemen &
Administrasi. Bandung : Mandar Maju, 2002.
Hardjana, Agus M, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal,Yogyakarta : Kanisius,
2008.
http://masyarfai.wordpress.com/09188657564443_r1/Komunikasi_Efektif_rif/m1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar